nusakini.com--Di era yang serba terbuka seperti ini, daya saing menjadi barometer bagi setiap insan tenaga kerja untuk bisa lebih kompetitif. Demikian pula, pesantren harus mampu mempersiapkan sebaik mungkin alumninya untuk meningkatkan kompetensi. 

“Hadapi tantangan global. Santri harus berdaya saing dengan cara memperbaiki akhlak, tingkatkan kompetensi dan perbanyak inovasi,” kata Menaker, di GOR Lumajang, kemarin.

Menteri Hanif menilai, peran lembaga pendidikan yang berbasis kemasyarakatan seperti pesantren sangat penting dalam upaya peningkatan daya saing masyarakat Indonesia. Hal ini tak lain karena pesantren adalah lembaga pendidikan yang lekat dengan masyarakat setempat. Selain itu, pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang memproyeksikan alumninya untuk kembali ke masyarakat. 

Dia mencontohkan dalam hal daya saing tenaga kerja Indonesia yang masih kalah dengan negara lain. Berdasarkan data Sakernas BPS 2015, jumlah angkatan kerja Indonesia berada di kisaran angka 122 juta. Dari jumlah tersebut, 62 persennya berpendidikan menengah pertama ke bawah (SD-SMP). Hal ini yang menurut Menteri Hanif, membutuhkan kontribusi besar dari seluruah dunia pendidikan, termasuk pesantren. Agar daing masyarakat Indonesia dapat meningkat. 

“Salah satu tatangan kerja kita adalah 60 persen didominasi SD-SMP. Dan tenaga kerja juga tantangan bagi pesantren,” lanjut Menteri Hanif. 

Menaker pun menilai saat ini sudah banyak pesantren yang bertranformasi menjadi lembaga pendidikan yang menyiapkan almnus siap kerja. Untuk itu, Menaker berharap agar dunia pesantren terus mengembangkannya. Baik mempersiapkan alumninya untuk dapat masuk ke dunia kerja, maupun pembekalan kewirausahaan. 

“Dan hari ini sudah banyak santri-santri yang berkiprah dibanyak sektor. Mulai dari bisnis, pasar modal, dan lain-lain,” pungkasnya. (p/ab)